Sebelum kita mencoba untuk menemukan dan menggali potensi diri kita, maka kenalilah diri kita terlebih dahulu. Hal ini kita lakukan dalam rangka untuk merumuskan tujuan hidup kita. Pertanyaan untuk apa, dari mana, dan akan kemanakah saya, serta apa yang harus saya lakukan merupakan pertanyaan yang akan menghasilkan sebuah jawaban untuk merumuskan visi hidup, dan dari sinilah awal mula motivasi hidup manusia, sehingga akan melahirkan sebuah cita-cita hidup manusia yang luhur.
Tentunya hal diatas tidak terlepas dari bagaimana cara pandang/pola pikir kita dalam memahami kehidupan ? Sebab pola pikir merupakan landasan seseorang dalam setiap aktivitas kesehariannya. Kita melihat banyak orang terpengaruh pada berbagai macam pola pikir. Pola pikir dapat pula mempengaruhi orang yang " non verbal ". Pola pikir adalah kecenderungan manusiawi yang dinamis, ia dapat mempengaruhi siapa saja; ia dapat membantu kita, dapat pula merugikan kita.
Pola pikir manusia di dunia ini beragam jenisnya. Ada orang dengan pola pikir perfeksionis, obsesif, pesimis, bergantung pada orang lain, pola pikir " saling membutuhkan", ada juga yang memiliki pola pikir membenci diri sendiri/ suka melukai diri sendiri, serta pola pikir birokrat/dogmatik, memaksakan kehendaknya untuk mengikuti aturan dan merasa kita yang paling tahu segalanya. Selain itu terdapat juga pola pikir yang baik dan konstruktif.
Setiap saat kita dapat menentukan pilihan untuk merubah pola pikir, apakah kita akan tetap dengan pola pikir yang positif atau pola pikir yang negatif. Sebab pola pikir yang merusak diri dapat dirubah. Sehingga kita dapat bekerja dengan lebih baik, menjadi seorang hamba yang taat, dapat menguatkan sesama, mandiri, dapat mengekspresikan diri dan punya cita-cita .
Bagi seorang muslim, tentu ia akan memandang dirinya sebagai seorang hamba Allah. Sehingga segala ucapan, sikap, dan perilakunya ia arahkan dengan sungguh-sungguh untuk menunaikan perintah Allah. Sebab tujuan dan cita-citanya tidak lain adalah untuk mengharapkan ridho ilahi.