Pages

Kamis, 18 Oktober 2018

Resep: Cara Membuat Kue Putu Bambu Tradisional

Bagi sebagian masyarakat yang hidup di tanah Jawa dan tatar Sunda, mungkin mengenal salah satu penganan dari tepung beras bertekstur kasar yang isinya berupa gula merah dan ditaburi dengan serutan kelapa yang gurih. Ya, kue putu bambu. Kue ini termasuk ke dalam salah satu kue basah yang banyak sekali peminatnya. Selain manis dan gurih, kue ini banyak dicari karena bisa dijadikan sebagai salah satu alternative pengganti makanan pokok di saat lapar melanda.

Kue putu berasal dari bahasa Jawa yakni ‘puthu’. Kue ini dibuat dengan cara dikukus yang diletakkan di dalam tabung bambu dan sedikit dipadatkan. Kue ini biasanya dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.

Kebanyakan warna dari kue putu adalah putih dan hijau (pandan). Di beberapa daerah, sejumlah pedagang kue putu masa kini bahkan telah mengganti bambu dengan pipa PVC. Alasannya hanya kepraktisan, meskipun sebenarnya dari segi kesehatan penggunaan pipa PVC ini cukup membahayakan. Jika Anda merasa rindu dengan makanan tradisional jaman dulu, mungkin Anda bisa mencoba membuatnya sendiri di rumah, karena faktanya pedagang kue putu ini sudah sangat sulit ditemukan. Berikut resepnya:

Bahan-bahan yang dibutuhkan:

800 gram tepung beras

600 ml air matang

6 lembar daun pandan

1 sdt garam

250 gram gula merah, sisir

Bahan taburan:

300 gram kelapa setengah tua tanpa kulit, parut

1 sdt garam

*Campurkan lalu kukus hingga matang (kurang lebih sekitar 5 menit)

Cara membuat:

1. Campur air dengan garam dan daun pandan, rebus sampai mendidih, angkat lalu biarkan hingga hangat.

2. Siapkan tepung beras pada sebuah wadah kemudian masukkan air pandan sedikit demi sedikit sambil diaduk menggunakan tangan hingga merata.

3. Saring adonan sedikit demi sedikit menggunakan saringan kasar hingga adonan menjadi halus.

4. Masukkan adonan ke dalam cetakan bamboo, alasi potongan bamboo dengan potongan daun pisang atau daun pandan.

5. Lubangi bagian tengah adonan kemudian masukkan gula jawa secukupnya. Kemudian tutupi sisanya dengan adonan tepung beras hingga cukup penuh, ratakan.

6. Siapkan panci pengukus, kemudian letakkan cetakan yang sudah berisi adonan putu dengan posisi berdiri. Usahakan tepat berada di atas lubang kukusan.

7. Kukus selama 10 menit, angkat dan keluarkan kue putu dari cetakan. Sajikan di atas piring saji.

8. Taburi kue putu dengan parutan kelapa ditambah sedikit gula pasir.

Minggu, 07 Oktober 2018

Cara Mengetik Bahasa Arab dan Memberi Berakar nya

Cara Mengetik Bahasa Arab dan Cara Memberi Harkat

A.    CARA MENULIS ARAB DI MS WORD 2007

Kita mungkin sering kesulitan ketika kita mendapatkan tugas yang mana didalamnya terdapat bahasa arab yang harus kita tulis. Mungkin bagi orang yang sudah terbiasa menulis memakai berbagai macam bahasa itu adalah hal yang sudah biasa bagi mereka, tapi bagi yang belum terbiasa hal ini adalah suatu hal yang merepotkan.

Bagi yang belum terbiasa menulis dengan memakai bahasa arab atau bahasa yang lainnya, anda tidak perlu resah, karena saya berusaha untuk salaing berbagi pengetahuan dengan dengan anda tentang bagaimana mengetik menggunakan bahasa arab.

            Ada beberapa langkah yang harus kita lalui (klo kita terus berusaha tidak ada kata yang sulit) untuk menggunakan atau mengetik dengan menggunaan bahasa arab, apa saja langkah-langkah yang harus dikerjakan...? berikut langkah-langkahnya:

1.     Rubahlah languge keyboard anda (dari English ke Arab). Untuk mengubah keyboard dari English (Indonesia) ke Arabic bisa kita lakukan dengan cara menekan tombol Alt +Shift  pada keyboard. Atau kita rubah dengan mouse, anda klik tulisan EN (English) yang ada di pojok kanan bawah, hingga muncul pilihan AR (Arabic). Kemudian klik AR, maka secara otomatis bahasa yang anda gunakan berubah menjadi bahasa Arab. 

seperti gambar berikut:

2.      Pada tandah panah tersebut gantilah dengan AR untuk ketikab arab, dan EN untuk tulisan latin.
3.      ketikan arab akan dimulai dari sebelah kiri sesaui dengan bahasa sebelumnya (EN):

 

4.      Agar ketikan arab menjadi dari sebelah kanan maka tekanlah tombol Ctrl + Shiftpada keyboard disebelah kanan dan jika ingin mengembalikan ketikan dari sebelah kiri maka tekanlah tombol Crtl + Shift pada keyboard yang ada di sebelah kiri, akan tampak seperti gambar berikut: 


5.      Agar tulisan arab menjadi bagus gunakanlah fotn arab : me_quran, PDMS_saleem atau Urdu nash Unic. 

 Munkin anda akan bertanya bagaimana menulis bahasa arab padahal dikeyboard tidak ada huruf arabnya. Jika  anda belum menamabahkan huruf arab pada keyboard anda, maka anda tidak perlu hawatir, karena anda bisa memakai On-Secreen Keyboard. Seperti gambar dibawah ini:

 

Bagaimana menampilkan On-Secreen Keyboard..?

1.      Klik menu Start dipojok kiri.

2.      Pilih Al Programs.

3.      Kemudian klik Accessories.

4.      Dan klik Ease Of Access.

5.      Terahir klik On-Secreen Keyboard.Maka dilayar monitor komputer anda akan muncul keybord seperti yang ada dimeja kerja anda.

6.     Setelah on-secreen keybard tampil, rubahlah bahasa komputer anda menjadi bahasa Arab sehingga huruf yang terdapat pada on-secreen keybard juga akan berubah.

B.     CARA MENAMBAHKAN HARAKAT

Untuk memberi harakat pada tulisan yang kita ketik, kita dapat menggukanakan tombol -berikut:

Shift + Q         : Fathah

Shift + A         : Kasrah

Shift + E         : Dammah

Shift + W        : Fathah tanwin

Shift + R         : Dammah tanwin

Shift + S         : Kasrah tanwin

Shift + X         : Sukun

Shift + ~          : Tasdid

Pemberian harakat ini dapat kita letakkan pada saat kita mengetik, dengan cara mengetik satu huruf lalu tekan tombol seperti di atas untuk  memberi harakat dan seterusnya. Atau memberi harakat ketika sudah selesai mengetik kalimat dengan sempurna secara keseluruhan kemudian kita beri harakat satu persatu dengan menyesuaikan kursornya.

            Sekian dari saya semoga bermanfaat………..

Minggu, 30 September 2018

Ini Dia Posisi Paling Baik dalam Berjima

Berbeda dengan literatur Barat, ada beberapa batasan ketika pasangan suami-istri melakukan hubungan jima. Memang, Islam membolehkan suami istri menggunakan beragam gaya atau posisi jima sepanjang menuju “tempat” yang benar. Namun bagaimana sebenarnya posisi yang paling baik?

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa:

جَاءَ عُمَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ قَالَ وَمَا أَهْلَكَكَ. قَالَ حَوَّلْتُ رَحْلِى اللَّيْلَةَ. قَالَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- هَذِهِ الآيَةَ (نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ) أَقْبِلْ وَأَدْبِرْ وَاتَّقِ الدُّبُرَ وَالْحِيضَةَ

Umar datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, binasalah aku.” Rasulullah bertanya, “Apa yang membinasakanmu?” Umar menjawab, “Aku mengalihkan tungganganku tadi malam.” Rasulullah diam, tidak menjawab apapun. Kemudian turunlah ayat, “Istri-istrimu adalah (laksana) tanah tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja yang engkau kehendaki” (QS. Al Baqarah : 223). (Rasulullah pun bersabda) “Engkau boleh dari depan atau belakang, tetapi jangan ke dubur dan saat haid.”

Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Zaadul Ma’ad menerangkan:

Posisi terbaik ketika berhubungan suami istri adalah, suami berada di atas istri. Yakni setelah sang suami mencumbui istrinya, merayu dan menciuminya, ia meminta istri tidur terlentang. Dengan posisi ini pula, istri disebut sebagai ranjang. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, ”Seorang anak adalah untuk pemilik ranjang.”

Posisi ini juga menunjukkan kepemimpinan suami atas istrinya, sebagaimana firman Allah:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa’ : 34)

Seorang penyair berkata,

Jika aku menginginkan istriku,

ia laksana ranjang yang menopangku

Saat diriku mencapai kepuasan

Ia laksana pelayan yang selalu memujaku

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka (QS. Al Baqarah : 187)

‘Pakaian’ yang paling sempurna adalah saat posisi seperti ini. Sebab dengan posisi ini, pakaian suami adalah ‘ranjang’nya. Sementara pakaian istri adalah ‘selimut’nya. Posisi suami di atas istri, diambil dari konteks ayat tersebut. Ini posisi terbaik, suami dan istri saling menjadi pakaian satu sama lainnya.

Demikian pandangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengenai posisi terbaik dalam berjima. Wallahu a’lam bish shawab.

2 Hal yang Wajib Anda Lakukan Usai Berhubungan Intim

Banyak pasangan yang abai menganai hal yang boleh dan tidak bolah pada saat bercinta. Tapi, tak banyak orang yang juga tahu soal 'aturan' usai berhubungan intim. Banyak wanita yang langsung mengenakan celana dalam usai bercinta dengan suami. Padahal, hal ini tidak boleh dilakukan. Melansir Health, Sara Twogood, MD, asisten profesor kebidanan dan kandungan di University of Southern California's Keck School of Medicine, berbagi hal-hal yang harus Anda lakukan sebelum tidur, setelah berhubungan intim.

Segera Pergi ke Toilet. Menurut Dr. Twogood, walaupun kandung kemih Anda tidak penuh, tetaplah buang air kecil. Aliran urin akan membantu mengeluarkan bakteri dari uretra, saluran pendek yang mengeluarkan urin dari tubuh. Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri yang ada di Miss V terdorong masuk ke dalam uretra saat aktivitas seksual.

Jangan Kenakan Daleman
Jika Anda tidak ingin tidur telanjang, gunakan baju tidur atau celana piyama yang longgar. Hindari menggunakan celana dalam, apalagi yang ketat, sampai pagi. Hal ini bisa memicu infeksi. "Jangan kenakan celana dalam" Dr. Twogood memperingatkan. Bebas dari celana dalam membantu membebaskan vagina dan membuatnya bisa bernapas. Hal ini akan menurunkan risiko infeksi jamur dan kondisi gatal lainnya.

Khasiat Hebat Minum Air Kelapa Muda Saat Perut Kosong

Air kelapa muda mengandung banyak sekali bahan bermanfaat bagi kesehatan, sehingga apabila Anda mengonsumsinya saat perut masih dalam kondisi kosong, khasiatnya bagi tubuh akan sangat hebat dirasakan. Hal itu dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dikutip oleh laman Boldsky.com.

Saat air kelapa masuk ke pencernaan yang kosong, maka ia memberi lebih banyak manfaat bagi sistem kekebalan tubuh. Ia juga akan melindungi dari bakteri jahat atau mikroorganisme penyebab penyakit yang tumbuh dalam pencernaan.

Selain manfaat tersebut, berikut ini beberapa khasiat lainnya yang dapat Anda rasakan:

Elektrolit

Berbagai elektrolit yang ada pada air kelapa muda dapat memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga tubuh tak kekurangan elektrolit lagi. Tercatat ada antioksidan, asam amino, enzim, vitamin B kompleks, vitamin C, juga zat besi, kalsium, potassium, magnesium, dan seng. Keseluruhnya adalah bahan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berfungsi dengan baik.

Kendalikan tekanan darah

Tekanan darah dapat dikendalikan dengan baik oleh adanya zat magnesium, dan juga kalium yang mampu menyeimbangkan efek negatif natrium dan menurunkan tekanan darah.

Turunkan kolesterol

Konsumsi air kelapa saat perut kosong akan memaksimalkan penyerapan dan menurunkan kolesterol tinggi dengan cepat. Ini baik bagi penderita penyakit jantung lho.

Tingkatkan metabolisme

Ada enzim bioaktif di dalam air kelapa muda, yang bermanfaat untuk meningkatkan sistem metabolisme lemak. Ini manfaatnya dalam menjaga berat badan agar selalu stabil dan ideal.

Atasi sakit kepala

Cairannya menghidrasi tubuh, dan berbagai mineralnya akan memperlancar sirkulasi darah. Ini adalah kunci dari bebasnya Anda dari cengkeraman sakit kepala.

Bebas sembelit

Air kelapa memiliki serat yang tinggi lho. Karena itu ia dapat berfungsi untuk melancarkan sistem pencernaan dan mencegah sembelit.

Saat ada anggota keluarga yang keracunan, maka minum air kelapa dapat membantu menetralisir racun dan mengurangi efek buruknya bagi tubuh.

Membiasakan minum air kelapa muda baik sekali bagi kesehatan sehingga tak apa jika perut kosong pun Anda mulai mengonsumsinya. Semoga bermanfaat.

6 Manfaat Rebusan Daun Sirsak Untuk Cegah Penyakit Berbahaya

Manfaat daun sirsak atau sirsat untuk mencegah beberapa jenis penyakit berbahaya memang baru diketahui kalangan luas beberapa tahun belakangan ini. Namun demikian, belum terlambat untuk menerapkannya dalam kehidupan kita demi menjaga tubuh agar tetap sehat.

Daun sirsak diketahui mengandung zat yang disebut acetogenin. Ini adalah kumpulan senyawa aktif yang berfungsi membunuh racun (sitotoksik) di tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya.

Acetogenin bekerja dengan cara memperlambat transport ATP (adenosina trifosfat) yakni energi yang dipakai sel kanker untuk tumbuh. Zat ini masuk dan menempel di reseptor dinding sel kemudian merusak ATP. Sel kanker dapat kekurangan energi untuk berkembang jika seseorang rutin mengonsumsinya.

Selain itu, rebusan air daun sirsak juga bisa mencegah dari beberapa jenis penyakit berbahaya lain seperti dilansir oleh laman liputan6.com berikut ini:

Melawan sel kanker

Cara membuat ramuan obatnya adalah dengan merebus 10 lembar daun sirsak dengan 3 gelas air. Rebus hingga airnya tersisa 1,5 gelas saja. Minum secara rutin setiap pagi untuk hasil yang maksimal.

Asam urat

Selain acetogenin, ada zat lain bernama annocatalin, asam gentisic, annomuricin, caclourin, dan asam linoleat dalam rebusan daun sirsak yang berguna untuk menurunkan kadar asam urat pada tubuh Anda. Cara membuat ramuannya sama seperti cara untuk sakit kanker di atas.

Kista ovarium

Kista ini jenisnya adalah tumor jinak, namun sangat mengganggu organ reproduksi kaum wanita. Anda bisa berusaha menyembuhkannya dengan herbal rebusan daun sirsak, seperti cara diatas.

Kolesterol tinggi

Kolesterol tinggi bisa merembet pada penyakit berbahaya lain seperti jantung dan stroke. Cobalah minum rebusan daun sirsak seperti cara di atas setiap pagi hari, kemudian hindari makanan yang memicu naiknya kolesterol.

Penyakit paru paru

Kandungan antibakteri pada daun sirsak ini juga baik untuk menyembuhkan penyakit paru-paru yang dipicu oleh bakteri, misalnya paru-paru basah maupun kering.

Hilangkan kutu

Rebusan daun sirsak juga mampu membantu menghilangkan kutu dan parasit lain di tubuh manusia atau hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Ketombe di kulit kepala pun dapat diatasi dengan rutin keramas dan membalurkan rebusan air daun sirsak ke bagian tubuh tersebut.

Selamat mencoba.

Minggu, 23 September 2018

Z3x Samsung Tool Pro

3X Samsung Tool Pro Full Crack 100% Work

Z3X Samsung Tool PRO V24.3 Crack (Flasher for Android Samsung) - In the previous tutorial, we always provide the explanation about information how to flash Ponsel Samsung using ODIN, this time we will share a special flasher Application for Samsung named Samsung Tool Pro V24.3 Crack. Why it says crack because it should have to walk include using the BOX, as usual, the name of the virtual world a lot of hacking changes so that Samsung pro tool can be used even without a BOX flasher (Z3X).


Download Link: Google DriveUpdate: 2016Size: 54 MbPassword: gudangfirmwere.comAdded features ==> SM-J700, SM-J710, SM-J320, SM-J200, SM-G903, SM-A310, SM-A510
How to Install Z3x Samsung Tool Pro V24.3 Crack

First  Download (V24.3)Extract the File and then see there are 2 Folders in itInstall the SamsungToolPRO_24.3.exe File found in Folder 1After the Install Do not Jump in Run please Open Folder 2Copy the Copie de gsm-magic.exe and Z3X 24.3 Loader.exe files to the Installation folder found on C: \ Program Files \ Z3X \ Samsung \ SamsungToolPROOpen the Copie de gsm-magic.exe Application then click enableNext open Z3X 24.3 Loader.exe and click start Loader, if start loader menu is not active please click again enable on Copie de gsm-magic.exe application until start Loader really appearIf the start loader menu is out please click and automatically Aplikasi will come out and open the Samsung Tool Pro V24.3 that we have previously Install.
How to Flash Samsung Mobile Phone Using Samsung Tool Pro

Open Samsung Pro ToolSelect Type HP that will be in Flash Or just double-click the model, Use Category facility based on left her up to make it easier to search Model / TYPE HP that will be in Flash.Click on the next PDA menu input Samsung Official Firmware extension. MD5, PDAConnect the HP to be in Flash in Samsung Download modeNext Just Click FlashWait until the Flashing process is finished usually takes quite long (2-10 minutes) depending on HP because the Firmware is different.

Selasa, 18 September 2018

flashing samsung not 2

Untuk sobat yang ingin tahu lebih apa sih kegunaan flash Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100 ini, kegunaan ini bisa digunakan untuk agan yang smartphone mengalami beberapa kendala Contoh : lupa pola, brik, bootloop bahkan sobat hanya ingin mengupgrade versi androidnya. Oke langsung saja Tutorial Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100 simak dengan teliti agar bisa berjalan dengan lancar.

Download Flashing Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100 :

Driver samsungFirmware Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100 (Official Indonesia)Odin 3.09

Cara Flashing Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100

Install Driver Samsung.Extract 1 folder agar tidak bingung, Firmware dan Odin Yang sudah di download diatas.Non-aktifkan Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100, kemudian tekan tombol (volume bawah + home + power) secara bersamaan, setelah itu akan ada notifikasi untuk masuk ke mode“downloading“, kemudian tekan tombol “volume atas/up“.Buka Aplikasi Odin 3.09 dan sambungkan kable USB Samsung Galaxy Note 2 GT-N7100 ke Laptop. Notifikasi Driver sudah kebaca pada odin pastikan seperti gambar dibawah ini. ID : COM (warna biru)Jika belum terkoneksi / berlum terdetect coba ulangi atau pastikan agan terkoneksi dengan internet agar download secara otomatis.Kemudian klik“AP/PDA”dan pilih firmware yang sudah di extract tadi, file berahiran tar.md5”Jika langkah yang diatas sudah dilakukan , Sekarang tinggal KLIK “START” dan tunggu Prosesnya sampai selesaiKetika prosesnya selesai, Nanti akan muncul Tulisan “PASS” dalam kotak bewarja hijau. dan kemudian smartphone kamu akan restart secara otomatisSelesai

Source : zo

Senin, 16 Juli 2018

Cara Membuat Batagor Sederhana

Batagor 🍢🍢

Bahan-bahan
8 buah tahu putih uk.sedang
150 gr tepung tapioka
100 gr tepung terigu
3 siung bawang putih
10 butir merica
1 butir telur ayam
1 batang daun bawang (potong²)
1/2 sdt kaldu bubuk
1/2 sdt baking soda (larutkan dgn 100ml air)
secukupnya garam
🍅 saus kacang 🍅
6 sdm kacang tanah
2 siung bawang putih
5 biji cabe rawit
secukupnya garam
secukupnya air hangat
secukupnya kecap manis

Langkah

Uleg bawang putih,merica,garam & kaldu bubuk. Hancurkan tahu...👉

Campur semua bahan jadi satu,tambahkan air yg telah dicampur dgn baking soda tadi sedikit demi sedikit sampai tercampur rata. Diamkan sampai 30 menit...👉

Setelah 30menit panaskan minyak goreng. Ambil 1 sdt adonan batagor goreng sampai matang...👉

Cara membuat saus kacang: goreng kacang tanah,sampai matang & jangan sampai gosong sisihkan. Goreng bawang putih & cabe rawit. Uleg kacang goreng setelah halus sisihkan. Uleg juga bawang & cabe. Siapkan mangkok campur kacang & bumbu yg telah dihaluskan tadi+garam. Tambahkan air hangat secukupnya,terakhir tambahkan kecap manis sesuai dgn selera...

Batagor siap dihidangkan selagi hangat...😋😋

Kamis, 29 Maret 2018

Penjelasan Bacaan Ghorib di dalam Alquran

Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an

Posted by saifur ashaqi

» hikmah Al-Qur'an

» Tuesday, 30 April 2013

Imam-imam qurra’ yang berjumlah tujuh atau biasa disebut dengan imam qira’ahsab’ah adalah para Imam qurra’ yang paling masyhur diantara para Imam qurra’yang lain. Diantara ketujuh imam itu ada salah satu imam qira’ah yang paling banyak diikuti bacaannya. Beliau adalah Abu Bakar Ashim bin Abi An-Najud atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ashim. Imam Ashim berasal dari Kufah dan pernah berguru pada Imam Abu Abdurrahman As-Sulami yang merupakan murid dari Sahabat Ali bin Abi Thalib. Imam Abu Abdurrahman juga belajar Al-Qur’an dari Zurr bin Hubaisy yang merupakan murid dari Abdullah bin Mas’ud.

Imam Ashim mengajarkan Al-Qur’an yang sanadnya berasal dari jalur sahabat Ali bin Abi Thalib kepada muridnya yaitu Hafs bin Sulaiman (Hafs). Sedangkan sanad yang berasal dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, beliau mengajarkan kepada Abu Bakar bin Iyasy Syu’bah (Syu’bah). Para Ulama yang masyhur pada masatabi’in banyak yang pernah berguru kepada Imam Ashim, diantaranya Hafs bin Sulaiman, Abu Bakar bin Iyasy Syu’bah, al-A’masy, Nua’im bin Maisarah, dan Atha’ bin Abi Rabah. Diantara murid-murid Imam Ashim tersebut hanya Hafs dan Syu’bah yang paling masyhur dan menjadi perawi utama.

Baca juga: Biografi Imam Hafsh bin Sulaiman

Qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs mulai berkembang dan menyebar luas pada masa pemerintahan Turki Utsmani yang didukung oleh banyaknya cetakan Al-Qur’an dari Arab Saudi sampai menyebar ke seluruh dunia, waktu penyebarannya terutama pada musim-musim haji. 

Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah Ulama qurra’gharibartinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun bacaan-bacaan yang dianggap gharib(tersembunyi/samar) dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs diantaranya adalah : Imalah, Isymam,  Saktah, Tashil, Naql, Badal dan Shilah.



Perbedaan bacaan-bacaan dalam qira’ahImam Ashim riwayat Hafs dengan Imamqira’ah yang lain adalah lebih pada letak bacaan-bacaan tersebut. Berikut penjelasan tentang bacaan gharibmenurut Imam Ashim riwayat Hafs :  

1.    Imalah

Imalah menurut bahasa berasal dariwazan lafadz  أَمَالَ yaitu أَمَالَ – يَمِيْلُ – إِمَالَةًyang artinya memiringkan atau membengkokan, sedangkan menurut istilah yaitu memiringkan fathah kepada kasrah atau memiringkan alif kepada ya’. Bacaan imalah banyak dijumpai padaqira’ah Imam Hamzah dan Al-Kisa’i, diantaranya pada lafadz-lafadz yang diakhiri oleh alif layyinah, contoh: الضُّحٰىقَلٰى، سَجٰى، هُدَى,  . Sedangkan pada riwayat Imam Hafs hanya ada satu lafadz yang harus dibaca imalah yaitu pada lafadzمَجْرٰىهَا dalam QS. Hud: 41 :

وَقَالَ ارْكَبُواْ فِيْهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرىٰهَا وَمُرْسٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dalam ilmu qira’ah, ada satu bacaan yang hampir mirip dengan bacaan imalah, yaitu bacaan taqlil yang termasuk dalam qira’ahimam Warsy. Khususnya pada lafadz yang berwazan فَعلى، فِعلى، فُعلى, namun bacaan taqlil lebih mendekati fathah seperti halnya bunyi suara “re” pada kata “mereka”. 

Sebab-sebab di-Imalahkannya lafadz “مَجْرٰىهَا” diantaranya adalah untuk membedakan antara lafadz “مَجْرٰىهَا” yang artinya berjalan di darat dengan lafadz “مَجْرٰىهَا” yang artinya berjalan di laut. Dalam salah satu kamus bahasa arab dijelaskan bahwa lafadz “مَجْرٰىهَا” berasal dari lafadz “جَرٰى” yang artinya berjalan atau mengalir dan lafadz tersebut dapat dipakai dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan di atas lautan (air), namun kecenderungan perjalanan di permukaan laut (air) tidak stabil seperti halnya di daratan. Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau terhempas angin, sehingga sangat tepat apabila lafadz “مَجْرٰىهَا” tersebut di-Imalahkan.

2.   Isymam

Isymam artinya mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan bibir atau mengangkat dua bibir. Dalam qira’ah riwayat Hafs,Isymam terdapat pada lafadz “لَا تَأْمَنَّا” yaitu pada waktu membaca lafadz tersebut, gerakan lidah seperti halnya mengucapkan lafadz “لَا تَأْمَنُنَا” sehingga hampir tidak ada perubahan bunyi antara mengucapkan lafadz “لَا تَأْمَنَّا” dengan mengucapkan “لَا تَأْمَنُنَا”. Dengan kata lain, asal dari lafadz “لَا تَأْمَنَّا” adalah lafadz “لَا تَأْمَنُنَا”. Kalau diteliti lebih dalam, ternyatarasm utsmani hanya menulis satu nunyang bertasydid. Ada pertanyaan muncul, dimana letak dammahnya?sehingga untuk mempertemukan kedua lafadz tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir mengikuti lafadz asal.

Dalam qira’ah imam Ibnu Amir riwayat As-Susy, bacaan isymam dikenal dengan sebutan idgham kabir, yaitu bertemunya dua huruf yang sama dan sama-sama hidup lalu melebur menjadi satu huruf bertasydid. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs, hanya dikenal satu idgham saja, yaitu idgham shaghir yakni mengidghamkan dua huruf yang sama yang salah satunya mati. Menurut bahasa, bahwa lafadz “لَا تَأْمَنَّا” dapat difahami berasal dari lafadz “لَا تَأْمَنُنَا” yang terdapat dua nun yang diidharkan, nunyang pertama di rafa’kan dan yang kedua dinashabkan. Nun yang pertama dirafa’kan karena termasuk fi’il mudlariyang tidak kemasukan “amil nawashib” maupun jawazhim.

3.  Saktah

Saktah menurut bahasa berasal dariwazan lafadz  سُكُوْتًا  يَسْكُتُ -  سَكَتَ – yang artinya diam, tidak bergerak. Sedangkan menurut istilah ilmu qira’ahsaktah ialah berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs bacaan saktah terdapat di empat tempat yaitu : QS. Al-Kahfi: 1, QS. Yaasiin: 52, QS. Al-Qiyamah: 27 dan QS. Al-Muthafifin: 14.

Saktah pada QS. Al-Kahfi: 1, menurut segi kebahasaan susunan kalimatnya sudah sempurna. Dengan kata lain, jika seorang qari’ membaca waqaf pada lafadz عِوَجًا, sebenarnya sudah tepat karena sudah termasuk waqaf tamm. Namun apabila dilihat dari kalimat sesudahnya, ternyata ada lafadz قَيِّمَاsehingga arti kalimatnya menjadi rancu atau kurang sempurna.

Lafadz قَيِّمَا bukanlah menjadi sifat/na’at dari lafadz عِوَجًا, melainkan menjadi hal atau maf’ul bihnya lafadz lafadz عِوَجًا. Apabila lafadz قَيِّمَا menjadina’atnya lafadz عِوَجًا akan mempunyai arti : “Allah tidak menjadikan al-Quran sebagai ajaran yang bengkok serta lurus”. Sedangkan apabila menjadi hal ataumaf’ul bih akan menjadi : “Allah tidak menjadikan al-Quran sebagai ajaran yang bengkok, melainkan menjadikannya sebagai ajaran yang lurus “. Menurut Ad-Darwisy, kata قَيِّمًا dinashabkan sebagaihal (penjelas) dari kalimat وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا , sedang Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa kata tersebut dinashabkan lantaran menyimpan fi’il berupa ” جَعَلَهُ “. Berbeda juga dengan pendapat Abu Hayyan, menurutnya kata قَيِّمًا itu badal mufrad dari badal jumlah “وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا “.  Tidak mungkin seorang qari’ memulai bacaan (ibtida’) dari قَيِّمًا, sebagaimana juga tidak dibenarkan meneruskan bacaan (washal) dari ayat sebelumnya. Dengan pertimbangan alasan-alasan diatas, baik diwaqafkan maupun diwashalkan sama-sama kurang tepat, maka diberikanlah tanda saktah.

Pada saktah  QS. Yaasiin: 52 di dalam kalimat: مِنْ مَرْقَدِنَا سكتة هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ.  Menurut Ad-Darwisy lafadz هٰذَا itumubtada’ dan khabarnya adalah lafadz مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ . Berbeda halnya dengan pendapat Az-Zamakhsyari yang menjadikan lafadz هٰذَا itu na’at dari مَرْقَدِ, sedangkan مَا sebagai mubtada’ yangkhabarnya tersimpan, yaitu lafadz حق atauهٰذَا. Dari segi makna, kedua alasan penempatan saktah tersebut sama-sama tepat. Pertama, orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan: “Siapakah yang membangkitkan dari tempat tidur kami (yang) ini. Apa yang dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar”. Kedua, orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan: “Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami. Inilah yang dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar”. Dengan membaca saktah, kedua makna yang sama-sama benar tersebut bisa diserasikan, sekaligus juga untuk memisahkan antara ucapan malaikat dan orang kafir. 

Adapun lafadz مَنْ dalam QS. Al-Qiyamah: 27 pada kalimat مَنْ سكتة رَاقٍ dan lafadz بَلْ dalam QS. Al-Muthafifin: 14 pada kalimat بَلْ سكتة رَانَ adalah untuk menjelaskan fungsi مَنْ sebagai kata tanya dan fungsi بَلْ sebagai penegas dan juga untuk memperjelas idharnya lam dan nun, sebab apabila lam dan nun bertemu dengan ra’ seharusnya dibaca idgham, namun karena lafadz مَنْ dan بَلْ dalam kalimat مَنْ سكتة رَاقٍ dan بَلْ سكتة رَانَmempunyai makna yang berbeda, maka perlu dipisahkan (diidharkan) dengan waqaf saktah

Di samping itu, Imam Ashim juga menganjurkan membaca saktah, pertama, pada akhir QS. Al-Anfaal:75 dan permulaan QS. At-Taubah. Alasannya secara bahasa dipakai untuk memilah dua surat yang berbeda yang mana permulaan surat At-Taubah tidak terdapat atau diawali dengan basmalah. Kedua, pada QS. Al-Haqqah: 28-29 dimaksudkan untuk membedakan dua ha’ yakni ha’ saktah مَالِيَهْ dan ha’ fi’il هَّلَكَ.

4.  Tashil

Tashil menurut bahasa artinya memberi kemudahan, keringanan atau menyederhanakan hamzah qatha’ yang kedua, adapun menurut istilah qira’ahartinya membaca antara hamzah dan alif . Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat: 44

وَلَوْ جَعَلْنٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ اٰيٰتُهُۥٓ ۖ ءَاَعْجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ...

Alasan lafadz ءَاَعْجَمِىٌّ dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha’ bertemu dan berurutan pada satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa berat melafadzkannya, sehingga lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan).

5.  Naql

Naql menurut bahasa berasal dari lafadz نَقَلَ – يَنْقِلُ – نَقْلًا yang artinya memindah, sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah artinya memindahkan harakat ke huruf sebelumnya. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naqlyaitu lafadz بِئْسَ الْاِسْمُ pada QS. Al-Hujurat: 11. Alasan dibaca naql pada lafadz الْاِسْمُadalah karena adanya dua hamzah washal, yakni hamzah al ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya.

6.  Badal (Mengganti)

Badal menurut bahasa artinya mengganti, mengubah, sedangkan maksud badal disini adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyahlainnya. Diantara lafadz-lafadz yang dibadal dalam Al-Qur’an menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu :

1.    Badal ء dengan ي (فِي السَّمٰوٰتِ ائْتُوْنِيْ)

Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar imamqira’ah sepakat mengganti hamzahqatha’ yang tidak menempel dengan lafadz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan alif layyinah(ى). Contoh pada QS. Al-Ahqaf : 4,

…أَمْ لَهُمْ شِرْكٌۭ فِى ٱلسَّمٰوٰتِ ۖ ٱئْتُونِى بِكِتَٰبٍۢ…

Cara membacanya, yaitu apabila seorang qari’ membaca waqaf pada lafadz ( فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ ۖ) maka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’  (فِى ٱلسَّمٰوٰتْ ۖ اِيْتُونِى ) sedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan.

2.    Badal ص dengan س (وَيَبْصُۜطُ dan بَصْۜطَةً )

Yaitu mengganti shad dengan siin,sebagian imam qira’ah termasuk Imam Ashim mengganti ص dengan س pada lafadz وَيَبْصُۜطُ dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan lafadz بَصْۜطَةً dalam QS. Al-A’raf : 69. Sebab-sebab digantinya huruf shad dengan siin pada kedua lafadz tersebut karena mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu بَسَطَ – يَبْسُطُ.

Sedangkan pada lafadz بِمُصَيْطِرٍdalam QS. Al-Ghasyiyah : 22, huruf صtetap dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam mushaf (rasm utsmani) dan menyesuaikan sifatithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’)yang mempunyai sifat isti’la’. Adapun pada lafadz ٱلْمُصَۣيْطِرُونَ dalam QS. At-Thur : 37, huruf ص boleh tetap dibacashad dan boleh dibaca siin karena, pertama, mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu سَيْطَرَ – يُسَيْطِرُ , kedua, menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.

7.  Shilah 

Menurut ijma’ para ulama qurra’, bahwa apabila ada ha’ dlamir yang tidak diawali dengan huruf mati, maka ha’ dlamirtersebut harus dibaca panjang dan perlu ditambahkan huruf mad setelahnya, alasannya untuk menguatkan huruf ha’ dlamir tersebut karena tidak alasan yang mengharuskan membuang huruf setelahha’ dlamir ketika huruf sebelumnya hidup (berharakat). Namun para ulama qurra’kecuali Ibnu Katsir kurang senang menggabungkan dua huruf mati yang dipisah oleh huruf lemah (ha’), sehingga mereka membuang huruf mad dan memanjangkan ha’ dlamirnya, contoh لَهُ، بِهِ, ini adalah madzhab imam Sibawaih. Sedangkan apabila ha’ dlamir tersebut diawali dengan huruf yang mati (sukun) maka harus dibaca pendek, contoh مِنْهُ، إِلَيْهِ.

Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu ha’ dlamir yang tetap dibaca panjang walaupun diawali dengan huruf mati, yaitu pada kalimat وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا dalam QS. Al-Furqan : 69. Pada masalah ini, Imam Ashim riwayat Hafs sama bacaannya dengan Ibnu Katsir, yakni membaca shilah ha’ (فِيْهٖ ). Karena diketahui bahwa ha’ termasuk huruf lemah seperti halnya hamzah, sehingga apabila ha’ berharakat kasrah, maka sebagai ganti dari wawu mati adalah ya’dimaksudkan untuk menguatkan hurufha’, sehingga menjadi فِيْهِي  . Dalam literatur orang Arab sendiri jarang sekali ditemui wawu mati yang diawali kasrah. 

Alasan ha’ dibaca panjang pada lafadzفِيْهٖ dalam QS. Al-Furqan : 69 adalah untuk mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu ـه berasal dari lafadz هُوَdan ketika disambung dengan lafadz فِيْakan menjadi فِيْهُوَ , namun karena ha’ dlamir tersebut diawali dengan ya’ mati yang sebenarnya identik dengan kasrah, sehingga harakat ha’ perlu disesuaikan dengan harakat sebelumnya dan merubah huruf mad berupa wawu menjadi ya’ untuk menyesuaikan dengan kasrah maka menjadi فِيْهِي dan huruf mad berupa ya’dirubah dengan kasrah berdiri, jadilah lafadz فِيْهٖ . Ada juga yang menyebutkan bahwa ha’ yang terdapat pada lafadz فِيْهٖdalam QS. Al-Furqan : 69 adalah ha’ khafdli artinya ha’ panjang yang berfungsi merendahkan, hal ini sesuai dengan konteks ayat yang menghendaki dipanjangkannya huruf ha’ dlamirtersebut.

Ada juga ha’ dlamir yang dibaca pendek walaupun diawali dengan huruf mati yaitu dengan membaca ha’ dlamir berharakat dammah tanpa shilah. Lafadz-lafadz tersebut diantaranya terdapat pada lafadzيَرْضَهُ لَكُمْ dalam QS. Az-Zumar : 7. Alasan dibaca pendek ha’ dlamir berharakat dammah pada lafadz يَرْضَهُ لَكُمْ dan lafadz-lafadz sejenisnya adalah untuk mengembalikan pada rasm mushaf yang tidak ada wawu madnya sesudah ha’ dlamir.

Lain halnya dengan lafadz عَلَيْهُ dalam QS. Al-Fath : 10, disini terdapat ha’ dlamiryang dibaca dammah walaupun jatuh setelah ya’ mati. Hal ini terkait denganasbabunnuzul ayat tersebut yang intinya tentang sifat memenuhi janji setia kepada Nabi dan berjihad di jalan Allah. Sifat memenuhi janji tersebut merupakan sifat yang luhur mulia dan luhur (rif’ah). Dan penempatan harakat dammah pada lafadz عَلَيْهُ memberikan nuansa kemuliaan dan keagungan sifat (akhlak). Karena suasana sosiologis dan keberadaan lafadz tersebut berada pada ayat yang menunjukkan kemuliaan dan keluhuran. Sehingga ada ulama yang menyebutkan bahwa ha’ dlamir tersebut disebut sebagai ha’ rif’ah (ha’ keluhuran).

Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs juga terdapat bacaan-bacaan lain yang dianggap gharib, akan tetapi lebih pada tulisan atau rasmnya (rasm utsmani) dan cara membacanya. Bacaan-bacaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1.            Lafadz-lafadz yang dibaca pendek ketika washal dan panjang ketika waqaf(قصر dan مد) 

a.    Lafadz ( اَنَا ) 

Sebab-sebab lafadz اَنَا dibaca pendek ketika washal (اَنَ) kecuali lafadz اَنَابَ, اَنَابُوْا, اَنَاسِيَّ, الْاَنَامِلَ, adalah karena fungsi alif tersebut hanya sebagai penjelas harakat seperti halnya menambahkan  ha’ ketika waqaf (ha’ sakt). Disamping itu juga, apabila ada isim yang hurufnya sedikit lalu di baca waqaf dengan sukun, maka suaranya akan terlihat janggal, sehingga ditambahkanlah alif supaya suara nun tetap sebagaimana asal lafadznya.

Sedangkan tidak ditambahkannyaalif  pada waktu membaca washalpada lafadz tersebut adalah karenanun sudah berharakat. Ada juga lafadz yang cara membacanya hampir sama dengan lafadz اَنَا yaitu lafadz لٰكِنَّا pada QS. Al-Kahfi : 38, yakni apabila lafadzلٰكِنَّا dibaca washal maka nun harus dibaca pendek( لٰكِنَّ ),sedangkan apabila dibaca waqaf maka nun tetap dibaca panjang (لٰكِنَّا). Hal ini karena lafadz لٰكِنَّا berasal dari lafadz  أناdan lafadz لكن.

b.    Lafadz الرَّسُوْلَا، الظُّنُوْنَا، قَوَارِيْرَا

Sebagian ulama qurra’ membaca lafadz-lafadz diatas dengan harakattanwin, sedangkan qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs tidak memakai harakattanwin pada lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila membaca waqaf pada lafadz-lafadz tersebut, qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs tetap menyertakanalif atau dibaca panjang, sedangkan tidak menyertakan (membaca) alif atau dibaca pendek apabila huruf terakhir lafadz-lafadz tersebut diwashalkan. Hal ini disebabkan karena mencantumkan alif pada lafadz-lafadz tersebut adalah mengikuti rasm utsmani dan juga lafadz-lafadz tersebut masuk dalamsighat muntahal jumu’ yang termasukisim ghairu munsharif sehingga tetap mencantumkan alif tidak ditanwin. Sedangkan lafadz الظنونا، الرسولا، السبيلاwalaupun bukan termasuk jama’,namun lafadz-lafadz tersebut disesuaikan dengan sya’ir yang pada akhir ba’itnya terdapat fathah yang dipanjangkan dengan alif. Sehingga lafadz-lafadz tersebut tetap dibaca panjang ketika waqaf dan dibaca pendek ketika washal

c.     Lafadz مالك pada QS. Al-Fatihah: 4 danملك pada QS. An-Nas: 2

Qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs membaca mim dengan alif (panjang) pada lafadz مالك dalam QS. Al-Fatihah: 4, sedangkan beberapa Imam qira’ah yang lain membaca  tanpa alif (pendek). Alasan Imam Ashim riwayat Hafs membaca dengan alif (panjang) adalah karena ada kaitannya  dengan lafadz مالك الملك  pada QS. Ali Imran: 26  yaitu قل اللهم مالك الملك  dan bukan tanpa alif yaitu ملك الملك   juga karena lafadz مالك berarti dzat yang memiliki, sedangkan lafadz ملك berarti tuan atau penguasa, tidak seperti halnya dalam lafadz ملك الناس  (tanpa alif) yang artinya Tuhan manusia dan hal itu tidak sesuai dengan makna untuk kata hari pembalasan يوم الدين . 

Jadi, lafadz مالك pada QS. Al-Fatihah: 4 dengan lafadz ملك pada QS. An-Nas: 2 tidaklah sama dalam membaca mimnya, terutama karena perbedaan segi maknanya sehingga dibedakan cara membacanya, walaupun beberapa Imam qira’ah selain Imam Ashim dan Al-Kisa’i membaca kedua lafadz tersebut sama-sama pendek ( ملك ).

2.            Dibolehkannya membaca fathah atau dammah pada ض dalam lafadzضعْف

Lafadz ضعْف pada QS. Ar-Rum: 54 yang lafadznya dibaca tiga kali pada ayat tersebut adalah merupakan masdar dari lafadz ضعُف – يضعَف sehingga beberapa Imam qira’ah berbeda cara membacanya. Imam Hamzah dan Syu’bah (salah satu murid Imam Ashim) membaca dlad pada lafadz  ضعْف dengan fathah, sedangkan sebagian Imam qira’ah yang lainnya dengan dammah.

Adapun Imam Hafs, membaca dladpada lafadz ضعْف dengan fathah dan dammah. Hal ini disebabkan karena dalam ilmu sharaf, lafadz  ضعُف – يضعَفmempunyai dua masdar yaitu lafadzضَعْف dan lafadz ضُعْف, seperti halnya lafadz فقر yang juga mempunyai duamasdar yaitu lafadz فَقْر dan lafadz فُقْر. Sehingga menurut qira’ah Imam Hafs huruf dlad pada lafadz ضعْف boleh dibaca fathah dan boleh dibaca dammah.

3.            Rahasia permulaan Surat At-Taubah

Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Dalam Mushaf Al-Qur’an rasm usmani, semua permulaan surat diawali dengan basmalah kecuali surat At-Taubah. Hal ini karena ada beberapa pendapat yang terkait dengan tidak ditulisnya basmalah pada permulaan surat At-Taubah. Pendapat pertama, bahwa Sahabat Ubay bin Ka’ab berkata : Rasulullah saw. pernah menyuruh kami menulis basmalah di awal setiap surat dalam Al-Qur’an, dan beliau tidak memerintahkan kami menulisnya di awal surat At-Taubah. Maka sebab itu, surat tersebut digabungkan dengan surat Al-Anfal dan hal itu lebih utama karena adanya keserupaan diantara keduanya. Sedangkan pendapat yang kedua, bahwa Imam Ashim berkata: Basmalah tidak ditulis di awal surat At-Taubah, disebabkan karena bacaan basmalah itu berisi tentang rahmat atau kasih sayang, sedangkan surat At-Taubah merupakan surat tentang azab atau siksaan kepada orang-orang musyrik.

Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Adapun hukum tentang membaca basmalah pada permulaan surat At-Taubah diantaranya adalah, Imam Ibnu Hajar dan al-Khatib mengharamkan membaca basmalah di awal surat At-Taubah dan memakruhkan membacanya di tengah surat. Sedangkan Imam Ramli dan para pengikutnya memakruhkan membaca basmalah di awal surat At-Taubah dan mensunnahkan membacanya di tengah surat sebagaimana surat-surat dalam Al-Qur’an yang lain.